Sabda Rasulullah s.a.w: "Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling banyak memberi manfaat bagi manusia yang lain".
James Bender dalam bukunya "How to Talk Well", menyebutkan sebuah cerita tentang seorang petani yang menanam jagung unggulan dan sering kali memenangkan penghargaan sebagai petani dengan tanaman jagung terbaik sepanjang musim.
Suatu hari seorang wartawan dari koran lokal melakukan wawancara dan menggali rahasia kesuksesan petani tersebut. Sang wartawan menemukan bahwa petani itu membagikan benih jagungnya kepada para tetangganya.
"Bagaimana Anda bisa berbagi benih jagung dengan tetangga Anda, lalu bersaing dengannya dalam kompetisi yang sama setiap tahunnya?" tanya wartawan dengan rasa heran dan takjub.
"Tidakkah anda mengetahui bahwa angin menerbangkan serbuk sari dari jagung yang akan berbuah dan membawanya dari satu ladang ke ladang yang lain. Jika tetangga saya menanam jagung yang jelek, maka kualitas jagung saya akan menurun ketika terjadi serbuk silang. Jika saya ingin menghasilkan jagung kualitas unggul, saya harus membantu tetangga saya untuk menanam jagung yang bagus pula" jawab petani.
Petani ini sangat menyadari hukum keterhubungan dalam kehidupan. Dia tidak dapat meningkatkan kualitas jagungnya, jika dia tidak membantu tetangganya untuk melakukan hal yang sama.
Dalam kehidupan, mereka yang ingin menikmati kebaikan, harus memulai dengan memberikan kebaikan pada orang-orang di sekitarnya.
Jika Anda ingin bahagia, Anda harus menabur kebahagiaan untuk orang lain.
Jika Anda ingin hidup dengan kemakmuran, maka Anda harus berusaha meningkatkan taraf hidup orang-orang disekitar Anda.
Anda tidak akan mungkin menjadi ketua tim yang hebat, jika Anda tidak berhasil meng-upgrade masing-masing anggota tim Anda.
Kualitas Anda ditentukan oleh Orang-orang di sekitar Anda.
Orang cerdas sejatinya adalah orang yang mencerdaskan orang lain, begitu pula orang yang baik adalah orang yang memberi kebaikan pada orang lain.
Apa yang kita tanam, itulah yang kita petik kelak.....